Rabu, 18 April 2018

Islam dan Ilmu Pengetahuan : al-Qur'an dan Sains Modern Maurice Bucaille



PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Di akhir dasawarsa tahun 90-an sampai sekarang di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya arus pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan kitab suci. Dimulai oleh G. Barbour, yang mengemukakkan teori tentang munculnya empat tipologi hubungan sains dengan agama atau kitab suci.[1]
Dalam sejarah penafsiran al-Qur’an, para pakar tafsir menjadikan ilmu pengetahuan sebagai salah satu objek kajian yang terkadang eksistensinya masih diperdebatkan di kalangan para peneliti al-Qur’an. Maka pada beberapa dekade terakhir muncul istilah “Islamisasi Pengetahuan”, “Universalisme ilmu pengetahuan”, dan terakhir “Qur’anisasi ilmu pengetahuan”.
Istilah Qur’anisasi ilmu pengetahuan berarti memahami ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan realitas atau ilmu pengetahuan dengan mengoptimalkan hakikat filsafat ilmu. Maksudnya ialah mengkaji ayat-ayat al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dengan memperhatikan hakikat ilmu pengetahuan.
Dalam pembahasan ini, penulis ingin menguraikan salah  satu tulisan ilmuwan Eropa terkemuka mengenai keterkaitan Sains dan al-Qur’an. Ia adalah Dr. Maurice Bucaille yang menulis buku La Bible, le Coran et la Science (1976). Buku ini menjadi terkenal dan laku dipasaran setelah diterbitkan pada waktu itu, serta telah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Di Indonesia sendiri, buku itu diterjemahkan oleh Prof. Dr. H.M. Rasjidi yang diterbitkan oleh PT Bulan Bintang.


PEMBAHASAN
A.  Maurice Bucaille dan The Bible, The Qur’an and Science
a)      Dr. Maurice Bucaille
Bucaille lahir di Pont-I’Eveque, Perancis, pada 19 Juli 1920 dan meninggal 17 Februari 1998 (77 tahun). Ia adalah seorang ahli bedah berkebangsaan Perancis.
Bucaille pernah mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Pada tahun 1974 diundang oleh Presiden Anwar Sadat ke Mesir untuk meneliti Mumi Fir’aun (di Museum Kairo). Hasil penelitian tersebut ia terbitkan dengan judul Les Momies des Pharaos et la Medecine (Mumi Fir’aun, sebuah Penelitian Medis Modern).[2]
Penghargaan yang ia peroleh yakni, le prix Diane-Potier-Boes (penghargaan dalam sejarah) dari Academie Francaise, dan Prix General (penghargaan umum) dari Academie Nationale de Medecine, Perancis.
b)      The Bible, The Qur’an and Science Modern
Bukunya ini, dengan judul asli berbahasa Perancis La Bible, le Coran et la Science (1976) menjadi best-seller international di dunia muslim dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dari buku inilah beliau menjadi terkenal.
Bucaille dalam bukunya tersebut mengkritik Alkitab atau Bible yang dianggap tidak konsisten dan penurunannya diragukan. Sedangkan al-Qur’an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Bahkan ia mengungkapkan keheranannya bahwa wahyu yang diturunkan 14 abad yang lalu memuat soal-soal ilmiah yang baru diketahui manusia pada abad ke-20.
The Bible The Qur’an and Science, terdiri dari 5 bab, dan kurang dari 300 halaman. Referensi yang dipakai untuk membahas al-Qur’an antara lain : terjemahan al-Qur’an bahasa Inggris yang ditulis oleh Yusuf Ali (1936), terjemahan al-Qur’an yang ditulis Profesor Hamidullah (1971) , karya Tafsir Abu Su’ud dan lainnya.
 Ia menafsirkan al-Qur’an dengan menentukan tema besar dan sub tema terkait dengan sains, kemudian ia menganalisis ayat secara tekstual, lalu dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang dikuasainya.[3]
B.  Penciptaan Langit dan Bumi
Dalam bukunya, Dr. Maurice memulai pembahasan tentang kaitan al-Qur’an dengan Sains setelah ia membahas keorisinilan al-Qur’an itu sendiri. Kemudian ia mulai membahas katerkaitan antara al-Qur’an dan Sains Modern dengan membahas bagaimana terciptanya alam ini menurut kitab suci al-Qur’an dan Bible, serta perbandingan keduanya.
a)      Enam Periode Penciptaan Langit dan Bumi
Al-Qur’an tidak menyajikan suatu riwayat yang menyeluruh tentang penciptaan, tetapi bersifat terpisah. Dalam Bible menyatakan bahwa Tuhan menciptakan alam selama enam hari dan diakhiri dengan hari sabtu (istirahat).[4] Kata ‘hari’ dalam bible ialah masa antara dua terbitnya matahari berturut-turut atau dua terbenamnya matahari berturut-turut. Dalam Islam menurut Dr. Maurice, proses penciptaan berlangsung dalam waktu enam hari juga. Allah swt. berfirman :
 Tuhanmu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari.” (Q.S. Al-A’raf/7 :54)
Kata ‘hari’ disini harus dipahami dengan artian ‘periode’, namun Dr. Maurice mengungkapkan tidak banyak pakar tafsir dan penerjemahan al-Qur’an memakai hal ini.
Hari dalam bahasa Arab disebut yaum jamaknya ayyam. Namun jika diteliti maksud hari disini ialah terangnya waktu siang dan bukan waktu antara terbenamnya matahari sampai terbenamnya lagi. Kata ‘ayyam’ berarti beberapa hari dan juga diartikan waktu yang tak terbatas dan lama. Kata ayyam sebagai periode disebutkan dalam al-Qur’an antara lain:
Dalam suatu hari yang panjangnya seribu tahun dari perhitungan kamu.” (Q.S. AS-Sajadah/32 : 5)
Dalam suatu hari yang panjangnya lima puluh ribu tahun.” (Q.S. Al-Ma’arij/70 : 4)
Abu Su’ud (ahli tafsir abad 16 M) menyatakan bahwa untuk penciptaan alam diperlukan suatu pembagian waktu bukan dalam ‘hari’ yang biasa kita pahami, tetapi dalam ‘peristiwa-peristiwa’. Hal ini sesuai dengan Sains modern yang menyatakan bahwa tidak mungkin proses kompleks yang berakhir dengan terciptanya alam dapat dihitung dalam enam hari. Proses ini memerlukan periode yang sangat panjang sehingga hari (sebagaimana yang kita pahami) tidak cocok digunakan.
b)      Bentuk Alam Sebelum Diciptakan
Allah swt. berfirman: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan  langit, dan dia (langit itu masih merupakan) asap, lalu Dia berfirman kepadanya dan kepada bumi, ‘Datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan patuh atau terpaksa. Keduanya menjawab,’Kami datang dengan patuh’.” (Q.S. Fussilat/41: 11)
Menurut Dr. Maurice, ayat ini menunjukkan ,bahwa: bentuk gas yakni bentuk daripada bahan samawi serta pembatasan secara simbolis bilangan langit sampai 7. Kemudian terdapat percakapan antara Tuhan dengan langit dan bumi, maksudnya disini ialah setelah diciptakan, langit dan bumi menyerah kepada kehendak Tuhan.[5]
Dalam ayat lain, disajikan suatu sintetis singkat daripada fenomena-fenomena yang menyusun proses fundamental tentang pembentukkan kosmos. Allah swt. berfirman :
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air ; maka mengapa mereka tidak beriman?” (Q.S. Al-Anbiya’/21: 30)
       Tentang dua ayat tersebut, Dr. Maurice berkesimpulan bahwa:
1)      Menetapkan adanya suatu kumpulan gas dengan bagian-bagian kecil yang sangat halus (Dukhan=asap). Asap itu terdiri dari strotum (lapisan) gas dengan bagian-bagian kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair dan dalam suhu rendah atau tinggi.
2)      Menyebutkan proses perpisahan (fatq) dari suatu kumpulan pertama yang unik yang terdiri dari unsur-unsur yang dipadukan (ratq).[6]
Adanya konsep kesatuan yang terpisah-pisah atau adanya indikasi alam-alam ganda dalam al-Qur’an, seperti Firman Allah swt dalam surat al-Fatihah, : “Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allahh Tuhan sekalian alam.” Kata alamin (alam-alam) ada 10 kali dalam al-Qur’an. Langit disebutkan dengan jamak dan juga secara simbolik yaitu angka 7. Angka 7 dipakai dalam al-Qur’an sebanyak 24 kali dengan maksud beragam. Menurut pakar tafsir, angka 7 menunjukkan ‘banyak’ tanpa disertai perincian.
Menurut Dr. Maurice, angka 7 menunjukkan ganda yang tak ditentukan, beliau berkesimpulan bahwa teks al-Qur’an menunjukkan dengan jelas bahwa tidak hanya ada satu bumi, tetapi terdapat bumi-bumi lain yang sama dalam kosmos ini. Tentang hal ini, Rohmat Haryadi dalam bukunya Jejak Kehidupan di Planet Lain (2013) menulis, bahwa pada Februari 2011, NASA mengumumkan  temuan lima kandidat planet sebesar bumi pada zona habitasi. Katanya, planet pada zona habitasi mampu menghadirkan air dalam bentuk cair, sehingga lingkungannya mendukung untuk kehidupan.[7] Namun temuan ini hanya menunjukkan planet yang seukuran dengan bumi tidak lebih dari itu. 
c)      Pembentukan Kosmos Menurut Sains Modern
Kata alamin (alam-alam) dalam al-Qur’an ternyata terbukti. Dalam galaksi kita yang besar, ternyata hanya merupakan satu unsur kecil daripada langit. Terdapat kumpulan-kumpulan raksasa daripada bintang-bintang yang terlihat seperti kabut susu dari galaksi kita.
Sains modern menyatakan bahwa kosmos telah terjadi dari kumpulan gas yakni hidrogen dan helium yang berputar secara pelan pada zaman kuno. Kumpulan gas tersebut kemudian terbagi menjadi potongan-potongan banyak daripada dimensi dan kelompok yang sangat besar. Ahli-ahli ilmu astrofisika (fisika bintang) mengira bahwa dimensi tersebut adalah satu miliard sampai 100 miliard kali besarnya matahari, besar matahari adalah 300.000 kali besar bumi. Hal ini memberikan gambaran tentang pentingnya kelompok gas mula-mula yang kemudian melahirkan galaksi.
Kemudian terbentuklah bintang-bintang dari pecahan baru dari gas. Bintang bercahaya karena perubahan kekuatan daya tarik menjadi energi panas. Reaksi termo nuklir ikut melakukan peran dan karena bercampur maka terjadilah atom berat menggantikan atom ringan. Dengan begitu maka hidrogen menjadi helium, kemudian menjadi karbon, kemudian menjadi oksigen, dan akhirnya menjadi logam, kemudian menjadi metalloid.
Planet seperti bumi terjadi karena proses perpisahan dari kumpulan gas asli yang awalnya merupakan kumpulan gas primitif.  Para ahli sepakat bahwa matahari menjadi beku (padat) di dalam gumpalan utama, sedang planet-planet lain menjadi padat di tengah-tengah orbit yang melingkungi bumi. Dr. Maurice mengungkapkan, hal ini mengingatkan bahwa tak ada urutan-urutan dalam terjadinya unsur-unsur samawi seperti matahari dan juga dalam unsur di bumi.
Hasil-hasil sains tentang kumpulan gas primitif dan caranya berpecah menjadi bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya dan terhimpun dalam galaksi telah membenarkan secara pasti konsep adanya alam ganda, tetapi tidak memberi kepastian tentang adanya suatu planet lain yang sama dengan bumi. Namun, P. Guerin (ahli astrofisika) mengungkapkan : “Sistem planeter sudah terang, tersebar banyak dalam kosmos, sistem matahari dan bumi tidak satu-satunya yang ada.”[8]
C.  Astronomi
Ada lebih 40 ayat al-Qur’an yang memberikan kepada astronomi (ilmu bintang) keterangan-keterangan tambahan. Sebagian dari ayat-ayat tersebut berupa renungan tentang keagungan zat pencipta dan pengatur segala sistem bintang-bintang dan planet-planet yang kita ketahui, dan terpelihara dalam keteraturan dan keseimbangan, sebagaimana yang ditemukan oleh Newton, yaitu hukum tarik-menarik antara benda-benda/gravitasi (law of gravitation).[9]
a)      Matahari dan bulan
Matahari ialah cahaya (ضِيَاءٌ) dan bulan adalah terang (نُورٌ). Diya berarti menyala, mengkilat, dan terang. Allah berfirman :
Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat. Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita.” (Q.S. Nuh/71:15-16)
Dan kami bina diatas kamu tujuh langit yang kokoh dan kami jadikan pelita yang amat terang (matahari).” (Q.S. An-Naba’/78:12-13)
 Bulan dilukiskan sebagai benda yang menyinari (munir), dari akar kata yang sama dengan nur (kata terang dipakai untuk bulan). Matahari disandingkan dengan pelita (siraj) atau lampu yang sangat kuat sinarnya (wahhaj).
Secara umum diketahui bahwa matahari adalah suatu bintang yang menghasilkan panas yang hebat serta cahaya, sedangkan bulan tidak mempunyai cahaya sendiri melainkan memantulkan kembali cahaya yang ia terima dari matahari. Dalam teks al-Qur’an tak ada pertentangan dengan pengetahuan kita pada zaman ini terkait 2 benda langit ini.
b)      Bintang-bintang
Bintang dalam bahasa Arab Najm disebutkan dalam al-Qur’an 13 kali. Jamak dari najm ialaah nujum, dari akar kata berarti nampak. Allah swt. berfirman:
Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apa yang datang pada malam hari, yaitu bintang yang cahayanya menembus.” (Q.S. At-Tariq/86 : 13)
Bintang di malam hari diberi sifat dalam al-Qur’an dengan “tsaqib” artinya yang membakar, membakar diri sendiri dan yang menembus. Maksudnya menembus kegelapan di malam hari.[10]
c)      Plenet-Planet
Planet-planet yang diketahui selain bumi , yaitu: Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun pada 2006, IAU General Assembly, memutuskan untuk mengeluarkan Pluto dari kategori planet yang biasa kita kenal dan dimasukan ke dalam kategori planet kecil.[11] Al-Qur’an menyebut planet dengan kaukaban jamaknya kawakib, tetapi tidak ditentukan jumlahnya. Mimpi nabi Yusuf menyebutkan ada 11 buah, tetapi ini adalah riwayat mimpinya nabi Yusuf.
Kata kawakib yang berarti planet terdapat dalam ayat :
Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan yaitu planet-planet.” (Q.S. as-Saffat/37 : 6)
Yang dimaksud dengan ‘langit yang terdekat’, menurut Dr. Maurice ialah sistem matahari yang terdiri dari planet-planet.
d)     Evolusi Alam Samawi
Allah swt. berfirman:
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya, demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Yasin/36 : 38)
‘Mustaqarr’ berarti tempat peredaran yang ditentukan. Maksudnya ialah adanya tempat tertentu dimana matahari berevolusi. Tempat tertentu itu telah dibenarkan oleh Astronomi modern yang dinamakan Apex matahari.
e)       Menundukkan Angkasa
Allah swt. berfirman:
Hei jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, dan kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (sdang kamu tidak punya kekuatan).” (Q.S. ar-Rahman/55 : 33)
Ayat ini menunjukan kemungkinan dikemudian hari manusia akan dapat menundukan langit. Teks ayat itu, bukan hanya menyebut langit tapi bumi juga. Hal itu bisa terjadi karena kekuasaan yang diberikan Tuhan kepada otak dan keterampilan manusia. Pada ayat lain:
Dan jika seandainya kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata : ‘Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir.” (Q.S. al-Hijr/15 :14-15)
Ayat ini menunjukan suatu kejadian yang tidak akan dialami oleh orang-orang kafir di Mekah; makanya dilukiskan sebagai hal yang tidak akan terjadi. Tetapi kajadian itu akan dialami oleh orang-orang lain (yang memiliki kecerdasan dan kemampuan). Ayat ini menggambarkan reaksi manusia terhadap suatu kejadian yang tak mereka harapkan, tetapi diberikan kepada para astronout. Reaksi itu ialah pandangan yang penuh dengan kekhawatiran serta perasaan seakan-akan diri mereka kena sihir.
Tahun 1961, adalah tahun dimana pertama kali manusia daapat terbang mengelilingi bumi. Menurut laporan para astronout tersebut,jika seseorang berada diluar atmosfir bumi, langit tidak lagi biru melainkan hitam dan akan terlihat bumi di kelilingi oleh lapisan berwarna kebiru-biruan.Sedangkan bulan yang tanpa atmosfir terlihat seperti biasa. Ini merupakan pemandangan yang sangat baru bagi manusia pada waktu itu.[12]

D.  Muka Bumi
Yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah pembentukan bumi adalah munculnya rangkaian gunung-gunung. Para ahli mengelompokkan semua evolusi bumi, dari periode pertama sampai periode keempat dengan mengambil pedoman dari tahap orogenik (gunung-gunung) dan tahap-tahap ini sendiri dikelompokkan dalam siklus-siklus orogenik, karena tiap-tiap munculnya relief gunung akan mempengaruhi keseimbangan antara lautan dan benua. Munculnya gunung-gunung telah menghilangkan beberapa bagian bumi yang tinggi dan menumbuhkan bagian-bagian yang baru dan telah merubah pembagian udara laut dan udara kontinental semenjak beratus-ratus juta tahun. Udara kontinental hanya mengambil tempat 3/10 dari seluruh muka bumi.[13]
Adapun yang mengenai relief bumi, Quran hanya menyinggung terbentuknya gunung-gunung. Sesungguhnya dari segi yang kita bicarakan di sini, hanya sedikit yang dapat kita katakan; yaitu ayat-ayat yang menunjukkan perhatian Tuhan kepada manusia dalam hubungannya dengan terbentuknya bumi seperti dalam:
Artinya: "Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan adalah Kami."   (Q.S. Adz-Dzariyat[51]: 48)
(Permadani) yang digelar (dihamparkan) adalah kulit bumi yang keras yang di atasnya kita dapat hidup. Adapun lapisan-lapisan di bawah adalah sangat panas, cair dan tak sesuai dengan kehidupan. Ayat-ayat al-Quran yang mengenai gunung-gunung serta isyarat-isyarat tentang stabilitasnya karena akibat fenomena lipatan adalah sangat penting.[14]
Para ahli geologi modern menggambarkan lipatan tanah yang mengambil tempat duduk di atas relief, dan yang dimensinya berbeda-beda sampai beberapa kilometer bahkan beberapa puluh kilometer. Daripada fenomena lipatan inilah kulit bumi dapat menjadi stabil.
Artinya: "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka. " (Q.S. Al-Anbiya[21]: 31)
Ayat tersebut menerangkan bahwa cara gunung-gunung itu diletakkan adalah sangat menjamin stabilitasnya, dan hal ini sangat sesuai dengan penemuan-penemuan geologi.
a.         Siklus Air
Konsepsi tentang siklus air yang jelas untuk pertama kali diutarakan oleh Bernard Palessy pada tahun 1580. Konsepsi itu mengatakan bahwa air di bawah tanah asalnya dari infiltrasi air hujan dalam tanah. Teori tersebut kemudian dibenarkan oleh E. Mariotte dan P. Perrault pada abad XVII M.
Artinya: "Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka jadi gembira." (Q.S. Ar-Ruum [30]: 48)
Rizki dalam ayat ini adalah air yang turun dari langit, seperti yang diterangkan oleh konteks. Yang ditekankan di sini adalah perubahan angin, yaitu yang mempengaruhi turunnya hujan.
Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikannya hancur berderai-derai." (Q.S. Az-Zumar [39]: 21)
Allah dapat merubah air tawar menjadi asin adalah suatu cara untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Suatu cara untuk mengingatkan akan kekuasaan Allah adalah tantangan kepada manusia untuk menurunkan hujan dari awan, yang pertama memang betul-betul tantangan yang mustahil diterima; tetapi yang kedua tidak lagi merupakan kemustahilan pada zaman modern ini karena tehnik sudah memungkinkan usaha menjatuhkan hujan.[15]
Menurut hidrologi modern siklus itu dapat diringkaskan sebagai berikut:
Sinar dan panas matahari menyebabkan uapan lautan-lautan dan tanah-tanah yang digenangi atau tercampur dengan air. Uap tersebut naik ke atmosfir dan membentuk awan-awan dengan cara berpadat (kondensasi). Kemudian angin campur tangan untuk memindahkan uap-uap itu ke jarak-jarak yang berbeda-beda. Awan-awan itu kadang-kadang hilang tanpa menurunkan hujan, kadang-kadang berkumpul satu dengan yang lain untuk membentuk kondensasi yang lebih besar dan kadang-kadang berpecah-pecah untuk menurunkan hujan pada tahap tertentu daripada perkembangan awan. Jika hujan itu turun di atas lautan (yang merupakan 70% daripada wajah bumi) siklus tersebut dengan lekas menjadi tertutup. Tetapi jika hujan itu jatuh di atas tanah, sebagian akan disedot oleh tumbuh-tumbuhan dan membesarkan tumbuh-tumbuhan itu. Tumbuh-tumbuhan itu, dengan transpirasinya mengembalikan sebagian air hujan ke atmosfir. Sebagian lain daripada air hujan meresap dalam tanah, dan dari tanah itu sebagian menuju ke lautan dengan perantaraan saluran-saluran atau terus masuk lebih mendalam dalam tanah untuk kembali lagi ke muka bumi melalui sumber-sumber atau air mancur.
b.        Lautan
Sebagaimana ayat-ayat Qur-an telah memberikan bahan perbandingan dengan ilmu pengetahuan modern mengenai siklus air dalam alam pada umumnya, hal tersebut akan kita rasakan juga mengenai lautan. Tak ada ayat Quran yang mengenai lautan bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga perlu digarisbawahi bahwa tak ada ayat Quran yang membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan kepercayaan-kepercayaan atau mitos, atau takhayul yang terdapat pada zaman la-Qur’an diwahyukan.
Artinya: "Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan untuk mereka yang mereka kendarai yang seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka; maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Kecuali karena rahmat daripada Kami, dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu." (Q.S. Yaasiin[36]: 41-44)
Ayat tersebut membicarakan perahu yang memuat manusia di atas lautan seperti perahu yang membawa Nabi Nuh dan penumpang-penumpang lainnya, serta membawa mereka sampai ke daratan.
Suatu fenomena yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur seketika. Orang mengira bahwa Quran membicarakan sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan yang panjangnya lebih dari 150 km, dan dinamakan Syath al Arab. Di dalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar ke dalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan. Untuk memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab "Bahr" yang berarti sekelompok air yang besar, sehingga kata itu dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil, Tigris dan Euphrat.[16] Ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sebagai berikut:
Artinya: "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Q.S. Al-Furqaan[25]: 53)
Artinya: "Dan tidak sama (antara) dua laut. Yang ini tawar segar sedap diminum, dan yang ini asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya." (Q.S.Fathir [35]: 12)
Selain menunjukkan fakta yang pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan-kekayaan yang dikeluarkan dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan: batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan air laut di muara-muara hal tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan. Sungai-sungai besar yang menuang ke laut seperti Missisippi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macan air itu tidak terlaksana seketika tetapi memerlukan waktu.
E.  Alam Tumbuh-tumbuhan dan Binatang
Dalam membicarakan asal mula kehidupan secara umum, al-Qur’an mengambil sikap yang sangat ringkas dan menyebutkannya dalam ayat yang mengenai proses pembentukan kosmos yang sudah kita sajikan dan kita jelaskan .
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian kami pisahkan antara keduanya, dan daripada air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.{Q.S. AL-Anbiya:30}
Soal asal kehidupan tidak menimbulkan keraguan-keraguan. Ayat tersebut dapat berarti bahwa tiap-tiap benda hidup, diciptakan dari air sebagai bahan baku, atau tiap-tiap benda hidup berasal dari air. Kedua arti tersebut diatas adalah sesuai dengan sais moderen yang mengatakan bahwa kehidupan itu berasal dari air, atau air itu adalah bahan pertama untuk membentuk sel hidup. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Jika seseorang berbicara tentang adanya kehidupan dalam suatau planet, lebih dahulu ia bertanya apakah planet itu mengandung air cukup. Hasil penyelidikkan moderen memungkinkan kita berfikir bahwa benda-benda hidup yang paling kuno adalah termasuk dalam alam tumbuh-tumbuhan. Telah diketemukan lumut-lumut yang berasal dari pada tanah-tanah yang tertua yang diketahui manusia.[17]
a)         Alam tumbuh-tumbuhan
Kita tak dapat menyebutkan disini semua ayat-ayat al-Qur’an yang terlalu banyak, yang menyebutkan rahmat, mulai dengan hujan yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Disini hanya akan disebutkan satu ayat.
Artinya : Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami tumbuhkan dari air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun untuk menjadi rizki kepada  hamba-hamba Kami. Dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering) seperti itulah terjadinya kebangkitan. (Q.S. Qaf:9-11)
Artinya : Maha suci tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.{Q.S.Yaasin:36}
Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman nabi muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui  itu termasuk didalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara gamblang dan untuk mengetagui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan sains masa ini.
b)        Alam Binatang
Dalam al-Quran persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan alam binatang menjadi sasaran pengkritik yang memerlukan kita terhadap dengan sains mengenai hal-hal tertentu. Tetapi jika kita tidak menyebutkan ayat yang menyebutkan unsur-unsur alam binatang dengan maksud supaya manusia memikirkan nikmat besar yang diberikan alloh kepadanya maka rasanya kita memberikan gambar yang sempurna tentang isi Quran.
Disamping pemikiran pemikiran secara umum, Qur'an menyebutkan beberapa permasalahan tentang hal-hal yang bermacam-macam:
1) Reproduksi dalam alam binatang (Q.S. An-Najm/53 : 45-46
2) Adanya masyarakat binatang (Q.S. Al-An’am/6 : 38)
3) Pemikiran tentang lebah, laba-laba dan burung-burung (Q.S. An-Nahl/16 :68-69, Al-Ankabut/29 : 41, Al-An’am/6 : 38, Al-Mulk/67 : 19)
4) Permasalahan mengenai asal susu binatang (Q.S.An-Nahl/16 : 66)[18]


Kesimpulan
Apa yang disampaikan oleh Dr. Maurice Bucaille tentang keorisinilan al-Qur’an melalui penelitian dan pengetahuannya, telah membuktikan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat fakta terbesar akan keagungan Sang Khalik, Pencipta alam raya.
Bucaille dalam bukunya tersebut mengkritik Alkitab atau Bible yang dianggap tidak konsisten dan penurunannya diragukan. Sedangkan al-Qur’an terdapat banyak kecocokan dengan fakta sains. Bahkan ia mengungkapkan keheranannya bahwa wahyu yang diturunkan 14 abad yang lalu memuat soal-soal ilmiah yang baru diketahui manusia pada abad ke-20.
Karena itulah bukunya ini, dengan judul asli berbahasa Perancis La Bible, le Coran et la Science (1976) menjadi best-seller international di dunia muslim dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dari buku inilah beliau menjadi terkenal.

Daftar Kepustakaan

Rosadisastra, Andi.2007. Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial. Jakarta: AMZAH
Bucaille, Maurice.2001. Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14. Jakarta: PT Bulan Bintang
Haryadi,Rohmat.2013. Jejak Kehidupan di Planet Lain, Cet.1, Jakarta: ReneBook.
Admiranto, A. Gunawan. 2009. Menjelajahi Tata Surya, Ed.2, Yogyakarta: KANISIUS
Bucaille, Maurice.1978. The Bible,The Qur’an and Science, Delhi: Crescent Publishing Company.




[1] Keempat tipologi itu ialah, 1. tipologi konflik (agama dan ilmu pengetahuan saling bertentangan), 2. tipologi independensi (agama dan ilmu pengetahuan tidak bertentangan), 3. tipologi dialog (membandingkan agama dan sains guna mencari hubungan), 4. tipologi integrasi (mencari titik temu agama dan sains).
[2] sedikit tambahan, Maurice Bucaille masuk Islam karena meneliti Mumi Fir’aun. Kemudian hasil akhir penelitian tersebut menjelaskan bahwa ketika firaun mati tenggelam , mayat itu cepat deselamatkan dan diawetkan, karena ada bekas garam ditubuhnya. Namun ia amat terkejut ketika menjumpai ayat al-Qur’an yang berbicara tentang pengawetan jasad firaun. "Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu" [QS 10:92]. Kemudian ia amat terkejut dan berfikir,  mumi itu baru diketahui pada tahun 1898 M, sedangkan al-Qur’an sudah menjelaskannya 1400 tahun yang lalu. Tidak lama setelah itu ia masuk Islam.
[3] Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-ayat Sains dan Sosial, Jakarta: AMZAH, 2007, h.33
[4]  Para pendeta pada abad ke-6 SM menganjurkan mempraktekan istirahat pada hari Sabtu. Tiap orang Yahudi harus istirahat pada hari Sabtu sebgaimana Tuhan  setelah enam hari bekerja.
[5]  Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.163
[6] Fatq (bahasa arab) artinya memisahkan, sedangkan ratq artinya perpaduan atau persatuan beberapa unsur untuk dijadikan suatu kumpulan yang homogen.
[7] Rohmat Haryadi, Jejak Kehidupan di Planet Lain, Cet.1, Jakarta: ReneBook, 2013, h.261
[8] Diperkirakan bahwa dalam galaksi kita, seperdua dari 100 miliard bintang, masing-masing mempunyai sistem planet seperti sistem matahari.. Memang 50 miliard bintang mempunyai rotasi (edaran) yang pelan, dan hal ini mendorong adanya dugaan bahwa ada planet-planet yang melingkungi masing-masing sebagai satelit.
[9] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.179
[10] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.186
[11] A. Gunawan Admiranto, Menjelajahi Tata Surya, Ed.2, Yogyakarta: KANISIUS,2009, h.198
[12] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.200
[13] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.218
[14] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.219
[15] M.A. Facy, Insinyur umum dari Meteorologi National menulis tentang “menurunkan hujan” dalam Encyclopedia Universalis sebagai berikut: “Orang tidak akan dapat menjatuhkan hujan daripada awan yang tidak mengandung air, atau awan yang belum waktunya menjatuhkan hujan dari pada awan yang tidak mengandung air, atau awan yang belum waktunya menjatuhkan air walaupun ia mengandung air”. Jadi manusia hanya mempercepat proses turunnya hujan dengan bantuan teknik modern, sedangkan persyaratan-persyaratan alamiah sudah terpenuhi. Kalau keadaan tidak begitu, yakni bahwa manusia dapat menurunkan hujan, niscaya tak terdapat lagi kekeringan, tak ada lagi tanah tandus. Kenyataannya tidak begitu. Untuk menguasai hujan dan udara yang baik tetap menjadi impian manusia.

[16] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.216
[17] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.226
[18] Maurice Bucaille, Bibel, Qur’an, dan Sains Modern, terj. M.Rasjidi, cet.14, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2001, h.233-239

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Metode Tafsir : Tafsir Sahabat

PEMBAHASAN TAFSIR SAHABAT A. Pengertian Sahabat Sebagai Mufassir Tafsir Al-Qur’an telah tumbuh dimasa Nabi Saw. dan beliaulah pena...